Dwi Rahmanto
Dwi Rahmanto Every Sphere has a Story

Teori Struktur Keruangan Kota : 02 Teori Sektoral

Struktur Keruangan Kota

Struktur ruang kota adalah pola atau susunan pusat-pusat kegiatan, permukiman, serta sistem jaringan prasarana dan sarana yang membentuk organisasi keruangan sebuah kota. Struktur ini merupakan hasil interaksi berbagai faktor seperti ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, serta terlihat dari aspek morfologi (bentuk fisik), fungsi kegiatan, dan jaringan infrastruktur yang ada di dalamnya. 
Struktur ruang wilayah perkotaan, baik di negara kita maupun di negaranegara lain, ternyata memperlihatkan bentuk-bentuk tertentu. Contohnya di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, hampir semua kota di pusatnya selalu ada alun-alun, masjid agung, penjara, pamong praja atau kantor pemerintahan, dan pertokotaan. Perkembangan kota dapat dipengaruhi oleh berbagai rintangan alam seperti pegunungan, perbukitan, lembah sungai, dan lain-lain, dalam perkembangannya akan selalu menyesuaikan diri dengan keberadaan fisik wilayahnya sehingga kota berbentuk tidak teratur dan menimbulkan kesan sebagai kota yang tidak terencana.
2. Teori Sektoral - Homer Hoyt
Teori ini menyatakan bahwa kota tidak berkembang dalam bentuk lingkaran konsentris, melainkan membentuk sektor-sektor tertentu atau seperti irisan kue yang memanjang dari pusat kota. Faktor geografis seperti sungai, dan perbukitan, serta infrastruktur transportasi seperti jalur jalan utama, memengaruhi pertumbuhan sektor-sektor ini. 


Menurut Homer Hoyt, kota tersusun sebagai berikut:

  1. CBD (Central Business Distric), terletak pada lingkaran dalam terletak pusat kota yang terdiri atas: bangunanbangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar dan pusat perbelanjaan;
  2. Zona Transportasi dan Industri, pada sektor ini terdapat kawasan industri ringan dan perdagangan. Disebut juga zona grosir dan manufaktor (zona transisi).
  3. Zona Permukiman Kelas Rendah, di dekat pusat kota dan dekat sektor di atas, yaitu bagian sebelahnya terdapat sektor permukiman kelas renda, yang merupakan tempat tinggal kaum murba atau kaum buruh;
  4. Zona Permukiman Kelas Menengah, agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak sektor yang menjadi permukiman kelas menengah;
  5. Zone Permukiman Kelas Tinggi, lebih jauh lagi terdapat sektor permukiman kelas tinggi, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas. Sektor ini memiliki akses langsung ke CBD.

Teori Sektoral ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :

  1. Hanya jalur kereta api yang dipertimbangkan untuk pertumbuhan sektor dan tidak memungkinkan jalur kendaraan pribadi.
  2. Ini adalah representasi kota yang monosentris; beberapa pusat bisnis tidak diperhitungkan dalam model ini.
  3. Fitur fisik dapat membatasi atau mengarahkan pertumbuhan di sepanjang irisan tertentu.
  4. Tidak ada referensi untuk pengembangan luar kota.

Dwi Rahmanto
Dwi Rahmanto  Every Sphere has a Story

Komentar