Dwi Rahmanto
Dwi Rahmanto Every Sphere has a Story

Teori Struktur Keruangan Kota : 01 Teori Konsentris

Struktur Keruangan Kota

Struktur ruang kota adalah pola atau susunan pusat-pusat kegiatan, permukiman, serta sistem jaringan prasarana dan sarana yang membentuk organisasi keruangan sebuah kota. Struktur ini merupakan hasil interaksi berbagai faktor seperti ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, serta terlihat dari aspek morfologi (bentuk fisik), fungsi kegiatan, dan jaringan infrastruktur yang ada di dalamnya. 

Struktur ruang wilayah perkotaan, baik di negara kita maupun di negaranegara lain, ternyata memperlihatkan bentuk-bentuk tertentu. Contohnya di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, hampir semua kota di pusatnya selalu ada alun-alun, masjid agung, penjara, pamong praja atau kantor pemerintahan, dan pertokotaan. Perkembangan kota dapat dipengaruhi oleh berbagai rintangan alam seperti pegunungan, perbukitan, lembah sungai, dan lain-lain, dalam perkembangannya akan selalu menyesuaikan diri dengan keberadaan fisik wilayahnya sehingga kota berbentuk tidak teratur dan menimbulkan kesan sebagai kota yang tidak terencana.

1. Teori Konsentris - Ernest Burgess
Teori ini menjelaskan struktur kota berkembang menjadi zona-zona melingkar yang berpusat pada Daerah Pusat Bisnis (CBD), kemudian menyebar ke zona peralihan, permukiman pekerja kelas rendah, permukiman kelas menengah, dan akhirnya zona komuter di pinggiran kota, dengan pola ini mencerminkan perbedaan penggunaan lahan dan status ekonomi sosial. 

Struktur ini dijelaskan dalam beberapa zona: 

1. Daerah Pusat Bisnis (Central Business District/CBD):
Merupakan pusat kegiatan kota, tempat pusat perdagangan, perkantoran, bank, dan fasilitas sosial budaya. 

2. Zona Peralihan:
Zona ini berada di sekitar CBD dan biasanya mengalami penurunan kualitas lingkungan karena kepadatan penduduk dan aktivitas industri serta migran yang belum lama datang. 

3. Permukiman Kelas Buruh Rendah:
Zona tempat tinggal bagi pekerja pabrik dan industri, yang dipilih agar jarak ke tempat kerja tidak terlalu jauh dan biaya transportasi lebih rendah. 

4. Permukiman Kelas Menengah:
Zona untuk kelas menengah ke atas yang memiliki pendapatan lebih baik, ditandai dengan rumah-rumah yang lebih teratur dan luas, serta lebih jauh dari pusat kota untuk menghindari kepadatan. 

5. Zona Kelas Tinggi atau Komuter:
Zona pinggiran kota yang ditinggali oleh komuter, yaitu orang-orang yang tinggal di luar kota tetapi bekerja di dalam kota, sebagai akibat dari kemajuan teknologi transportasi.
 
Teori konsentrik adalah salah satu model paling sederhana dibandingkan dengan teori keruangan kota yang lain. Model ini menjelaskan kekuatan ekonomi yang mendorong pembangunan, tetapi dengan evolusi dan berlalunya waktu daerah perkotaan tumbuh lebih kompleks dan model ini tidak dapat menentukan perkembangan kota yang ada.

Beberapa keterbatasan dan kritik pada teori ini meliputi:

  1. Model Burgess tidak berlaku di luar AS karena pola pertumbuhan kota yang berbeda-beda karena berbagai keadaan.
  2. Relevansi model ini menurun dari waktu ke waktu. Kemajuan transportasi, kendaraan angkutan massal dan kendaraan pribadi mengubah cara orang bepergian, sehingga preferensi mereka untuk tinggal di kawasan tertentu berubah.
  3. Tidak memperhitungkan pengaruh kekuatan politik dan pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah untuk perbaikan kondisi kehidupan.
  4. Pada kenyataannya tidak ada zona dan batas yang berbeda karena tumpang tindih wilayah dimungkinkan di setiap kota.
  5. Model ini tidak berlaku untuk kota-kota yang memiliki banyak CBD.

Dwi Rahmanto
Dwi Rahmanto  Every Sphere has a Story

Komentar