Dwi Rahmanto
Dwi Rahmanto Every Sphere has a Story

Klasifikasi Kota

Pengembangan Wilayah Kota dan Perkotaan

Klasifikasi Kota Secara Umum Yang Sering Digunakan

Pada saat kalian berkunjung dari kota satu ke kota lain, jika yang kalian lihat adalah hiruk-pikuknya suasana maka kalian akan berpendapat secara umum kota itu sama antara satu dengan lainnya. Tetapi jika kalian mempelajari lebih jauh pada hal-hal yang lain misalnya seperti seberapa besar jumlah penduduk penduduknya, bagaimana bangunan-bangunan yang ada, bagaimana penataan ruangnya atau struktur tata kotanya, dan beberapa hal lain maka akan kita dapati bahwa antara kota satu dengan yang lain akan memiliki perbedaan.

Setiap kota memiliki ciri yang membuatnya berbeda satu sama lain. Ada kota yang sedikit memiliki gedung-gedung besar bertingkat meskipun penduduknya besar. Ada kota yang penduduknya sedang tetapi memiliki bangunan-bangunan pencakar langit. Ada kota yang mempertahankan bangunan-bangunan kuno peninggalan sejarah masa lalu. Ada kota yang penduduknya sangat padat, bangunan-bangunan pencakar langit banyak dan aktivitas kehidupan yang begitu dinamis di dalamnya. Banyaknya hal yang membedakan ini akan lebih mudah jika kita pelajari dalam klasifikasi kota berikut ini.

Sistem klasifikasi kota dapat didasarkan atas beberapa faktor, seperti berdasarkan jumlah penduduk, fungsi, dan luas kota. Sistem penggolongan kota yang dilakukan oleh sebuah negara tidak selalu sama dengan negara lainnya. Hal ini sangat berhubungan dengan tingkat kemajuan pembangunan yang telah dicapai dan jumlah penduduk negara yang bersangkutan. Selain itu, dikenal juga istilahistilah yang berhubungan dengan penggolongan kota, seperti city (kota), town (kota kecil), dan urban (wilayah perkotaan). Oleh karena itu, untuk dapat mengklasifikasikan kota diperlukan standar yang cukup valid dan representatif.

Secara umum, sistem klasifikasi kota yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

A. Kota-Kota di Indonesia Berdasarkan Sejarah Pertumbuhannya

1. Perkembangan Kota dari Pusat Perdagangan

Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari pusat perdagangan adalah Jakarta, Pontianak, Bagansiapiapi, Samarinda, Palembang, Jambi, dan Banjarmasin. Kota-kota tersebut berada di pinggir sungai atau pantai dengan  ujuan mempermudah pemasaran dan tukar menukar barang dagangan.

2. Perkembangan Kota dari Pusat Perkebunan

Usaha perkebunan memerlukan tanah yang luas dan cukup subur dengan curah hujan dan iklim yang sesuai dengan tanamannya. Di samping itu, usaha perkebunan banyak memerlu kan tenaga kerja. Oleh karena itu, daerah perkebunan selalu didatangi tenaga kerja. Para pekerja tersebut akhirnya bertempat tinggal di daerah sekitar perkebunan. Banyaknya penduduk di sekitar perkebunan akhirnya berkembang menjadi desa dan jika  erkembangannya pesat akan menjadi wilayah kota. Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari pusat perkebunan, antara lain Pematangsiantar, Bengkulu, Lampung, Bogor, Sabang, dan Bandung.

3. Perkembangan Kota dari Pusat Pertambangan

Selain perkebunan, usaha pertambangan juga banyak memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu, daerah pertambangan juga banyak didatangi tenaga kerja. Para pekerja tersebut akhirnya juga bertempat tinggal di daerah sekitar  ertambangan. Banyaknya penduduk di sekitar pertambangan berkembang menjadi desa dan akhirnya jika perkembangannya pesat akan menjadi wilayah kota. Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari pusat pertambangan, antara lain Plaju, Dumai, Langkat, Tarakan, Kutai, Bontang, Ombilin, Sawahlunto, Tanjung Enim, Bukit Asam, Wonokromo, dan Cepu.

4. Perkembangan Kota dari Pusat Administrasi Pemerintahan

Perkembangan kota dari pusat administrasi pemerintahan kemajuannya banyak bergantung pada campur tangan para penguasa atau pemerintah, seperti kota Jakarta dan Yogyakarta.

B. Klasifikasi Kota Berdasarkan Jumlah Penduduknya

Berdasarkan jumlah penduduknya, kota dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Kota Kecil:

Memiliki jumlah penduduk antara 20.000 hingga 50.000 jiwa, contohnya Kota Sabang.

2. Kota Sedang:

Memiliki jumlah penduduk antara 50.000 hingga 100.000 jiwa, contohnya Kota Kediri.

3. Kota Besar:

Memiliki jumlah penduduk antara 100.000 hingga 1.000.000 jiwa, contohnya Kota Jambi dan Kota Denpasar.

4. Kota Metropolitan:

Memiliki jumlah penduduk antara 1.000.000 hingga 5.000.000 jiwa, contohnya Kota Bandung dan Kota Medan.

5. Kota Megapolitan:

Memiliki jumlah penduduk lebih dari 5.000.000 jiwa, contohnya adalah Kota Jakarta.

C. Berdasarkan Keberadaan Pusat Pelayanannya

Klasifikasi kota berdasarkan keberadaan pusat pelayanan meliputi kota monosentris (satu pusat pelayanan tunggal), kota polisentris (memiliki lebih dari satu pusat pelayanan), dan kota metropolitan (kota besar yang dikelilingi kota penyangga dengan sistem pelayanan terintegrasi). Jenis-jenis ini mencerminkan tingkat perkembangan dan kompleksitas struktur kota serta sistem pelayanan yang diberikan kepada penduduknya. 

Berikut adalah penjelasan lebih rinci:

1. Kota Monosentris

Ciri-ciri: Memiliki hanya satu pusat pelayanan utama yang berfungsi sebagai Central Business District (CBD). 

Struktur: Struktur ruang kota cenderung terpusat, dengan perjalanan relatif pendek. 

Contoh: Ibu kota kecamatan seringkali merupakan contoh kota monosentris. 

2. Kota Polisentris

Ciri-ciri: Memiliki lebih dari satu pusat pelayanan, yang jumlahnya mengikuti jumlah penduduk. 

Struktur: Struktur ruang yang tidak terpusat membuat jarak tempuh perjalanan menjadi cukup panjang. 

Contoh: Kota-kota di daerah dan ibu kota kabupaten adalah contoh kota polisentris. 

3. Kota Metropolitan

Ciri-ciri: Terdiri dari kota inti besar yang dikelilingi oleh beberapa kota penyangga (kota satelit) yang terhubung dalam satu sistem pelayanan. 

Struktur: Struktur ruang kota ini lebih kompleks, namun semua wilayahnya membentuk satu kesatuan sistem pelayanan. 

Contoh: Jakarta yang beserta kota-kota di sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi adalah contoh kawasan metropolitan. 

D. Berdasarkan Tingkat Perkembangannya

Lewis Mumford membagi klasifikasi kota berdasarkan tahap perkembangannya sebagai berikut:

1. Eopolis:

Tahap awal perkembangan kota, di mana wilayah pedesaan mulai berubah menjadi desa yang teratur dan bergeser ke pola kehidupan perkotaan. 

2. Polis:

Kota yang masih didominasi oleh kegiatan agraris atau pertanian, meskipun sudah ada unsur keagamaan dan pemerintahan yang menjadi ciri kota. 

3. Metropolis:

Tahap perkembangan di mana kegiatan ekonomi kota mulai bergeser ke sektor industri dan perekonomian sudah lebih modern. 

4. Megapolis:

Sebuah wilayah perkotaan yang sangat besar yang terbentuk dari beberapa kota metropolis yang berdekatan dan terhubung, menciptakan jalur perkotaan yang luas. 

5. Tyranopolis:

Tahap kota yang menunjukkan kemerosotan, dengan ciri khas masalah sosial yang tinggi seperti kemacetan lalu lintas, tingkat kriminalitas yang meningkat, dan kerusakan lingkungan. 

6. Nekropolis:

Tahap akhir di mana kota mengalami kemunduran, keruntuhan, dan kehilangan fungsi perkotaannya, bahkan bisa menjadi seperti "kota mati" karena kehancuran peradabannya. 

Dwi Rahmanto
Dwi Rahmanto  Every Sphere has a Story

Komentar