A. Pengertian Interpretasi Citra Penginderaan Jauh.
B. Langkah-langkah Interpretasi Citra Penginderaan Jauh
1. Deteksi
Pengertian: Tahap awal untuk mengidentifikasi keberadaan suatu objek atau gejala pada citra.
Tujuan: Menentukan ada atau tidaknya objek tertentu yang menjadi target pengamatan.
Cara: Pengamatan visual keseluruhan citra untuk membuat garis batas atau delineasi objek.
2. Identifikasi
Pengertian: Tahap mengenali dan mendeskripsikan objek berdasarkan ciri-ciri yang terekam pada citra.
Ciri-ciri yang digunakan:
Spektral: Rona (cerah gelapnya objek) atau warna.
Spasial: Bentuk, ukuran, pola, tekstur, bayangan, situs (lingkungan sekitar), dan asosiasi (keterkaitan dengan objek lain).
Temporal: Perubahan objek dari waktu ke waktu, yang menunjukkan bagaimana objek tersebut berubah.
3. Analisis
Pengertian: Tahap penilaian dan pengkajian hubungan serta fungsi antarobjek yang ada pada citra.
Tujuan: Mengklasifikasikan objek berdasarkan informasi yang diperoleh dari tahap identifikasi untuk menarik kesimpulan.
Cara: Mengumpulkan keterangan lebih lanjut dengan melihat kenampakan objek secara lebih detail.
4. Deduksi
Pengertian: Tahap pengambilan kesimpulan akhir setelah mengamati, mendeskripsikan, dan menganalisis objek serta hubungannya.
Tujuan: Menarik kesimpulan dari semua bukti yang telah dikumpulkan dan membuat prediksi tentang objek tersebut.
Output: Bisa berupa data numerik atau visual, seperti peta.
C. Unsur-unsur Interpretasi Citra Penginderaan Jauh.
1. Rona dan Warna
Rona adalah tingkat kecerahan atau kegelapan objek pada citra yang dipengaruhi oleh nilai pantulan objek, sementara Warna adalah persepsi visual yang dilihat oleh mata manusia dengan menggunakan spektrum warna yang sempit, sering kali merah, hijau, dan biru. Keduanya adalah unsur dasar interpretasi citra yang sangat penting untuk mengidentifikasi dan membedakan objek, seperti vegetasi, air, dan tanah, karena objek pertama kali dikenali berdasarkan rona dan warnanya.
Air:
Objek air seperti laut, sungai, atau danau cenderung memantulkan rona yang gelap karena air menyerap gelombang elektromagnetik dan tidak memantulkan banyak sinar. Pada citra, air akan terlihat biru tua atau gelap.
Vegetasi:
Tanaman hidup yang sehat seringkali memantulkan cahaya hijau, sehingga menampilkan rona hijau pada citra yang menampilkan warna alami. Vegetasi yang kering atau mati akan memiliki rona yang berbeda.
Lahan Kosong/Pasir:
Permukaan tanah kering atau pasir yang cenderung memantulkan lebih banyak sinar akan menampilkan rona terang atau cerah pada citra.
Lumpur:
Lumpur yang basah dapat menampilkan rona yang berbeda, dengan titik semburan lumpur seringkali terlihat putih cerah.
Bangunan:
Atap bangunan yang terbuat dari seng atau bahan reflektif lainnya dapat menampilkan rona yang cerah.
2. Bentuk
Bentuk merujuk pada kerangka atau konfigurasi khas suatu objek yang terlihat dari pengamatan citra, yang sangat membantu untuk mengidentifikasi dan membedakan objek-objek di permukaan bumi.
Gedung:
Gedung sekolah atau perkantoran dapat memiliki bentuk umum seperti persegi, L, atau U.
Gunung:
Bentuk kerucut adalah bentuk umum dari gunung, terutama gunung berapi.
Sungai:
Sungai akan menunjukkan bentuk berkelok-kelok, dan sungai yang sudah terpotong bisa tampak seperti danau tapal kuda.
Jalan:
Jalur tol yang merupakan bentukan manusia memiliki bentuk lengkung seperti jalan keluar/masuk tol.
Merujuk pada dimensi objek di permukaan bumi seperti jarak, luas, volume, ketinggian, dan kemiringan. Unsur ukuran membantu penafsir mengidentifikasi dan membedakan objek dengan membandingkan dimensi objek pada citra dengan skala yang terdapat pada citra tersebut.
Vegetasi:
Hutan: Memiliki tekstur kasar karena adanya variasi ketinggian dan kerapatan tajuk pohon yang bervariasi.
Semak: Bertekstur halus karena kumpulan dedaunan yang kecil dan rapat, sehingga rona lebih seragam.
Belukar: Memiliki tekstur sedang karena berada di antara hutan dan semak.
Tanaman Padi: Bertekstur halus karena petakan sawah dan tanaman padi yang seragam.
Tanaman Tebu: Bertekstur sedang karena jarak tanamnya teratur namun berbeda dengan tanaman pekarangan.
Perkebunan Karet: Memiliki tekstur mirip beledu dengan rona gelap, karena tajuk pohon yang seragam.
Air:
Permukaan air tenang: Bertekstur halus karena permukaannya yang rata.
Permukaan air sedikit beriak: Bertekstur sedang.
Permukaan air berombak besar: Bertekstur kasar karena adanya variasi ketinggian permukaan air yang signifikan.
Permukaan Buatan Manusia:
Lahan kosong: Bertekstur halus karena tidak ada objek yang mengisi atau menutupi permukaannya.
Pola Alami
Pola Aliran Sungai:
Radial Sentrifugal: Pola aliran sungai yang bercabang seperti jari, menjauhi titik pusat. Ini umum ditemukan di daerah puncak gunung berapi, dengan aliran air menjauhi pusat gunung.
Radial Sentripetal: Kebalikan dari pola radial sentrifugal, di mana aliran sungai berbentuk menjari menuju ke satu titik pusat, seperti di cekungan atau danau.
Pola Sejajar: Aliran sungai yang mengikuti kemiringan batuan, contohnya aliran sungai konsekuen.
Pola Buatan (Bentukan Manusia)
Pola Permukiman:
Pola Teratur: Biasanya ditemukan di perumahan proyek (pemerintah atau swasta) yang memiliki jarak dan ukuran antar rumah yang seragam.
Pola Tidak Teratur: Umum pada pemukiman penduduk yang dibangun secara mandiri, dengan bentuk dan jarak yang tidak seragam.
Pola Memanjang: Permukiman yang berkembang mengikuti jalur sungai atau jalan raya.
Pola Radial/Melingkar: Permukiman yang mengelilingi pusat tertentu, seperti puncak gunung atau fasilitas pemerintah.
Pola Pertanian/Perkebunan:
Pola tanam pada lahan perkebunan seringkali berbentuk teratur, contohnya persawahan yang memiliki pola berjajar dengan bentuk kotak.
Pola Jaringan Jalan:
Jaringan jalan di perkotaan yang memiliki pola tertentu, seperti melingkar atau membentuk kotak-kotak, untuk memudahkan akses.
Cerobong Asap, Menara, Tangki Minyak:
Pada citra penginderaan jauh, sebuah cerobong asap atau menara mungkin tidak terlihat jelas atau bahkan tidak teridentifikasi hanya dari bentuknya. Namun, dengan adanya bayangan gelap yang terbentuk di sekelilingnya, kita dapat menyimpulkan bahwa objek tersebut adalah sebuah struktur vertikal dengan ketinggian tertentu.
Lereng Terjal:
Bayangan yang terbentuk pada permukaan miring, atau bayangan relief, dapat membuat area yang terjal menjadi tampak lebih jelas. Bayangan memberikan petunjuk visual tentang bentuk dan kemiringan lereng yang mungkin tidak terlihat jelas jika dilihat tanpa bayangan.
Estimasi Ketinggian:
Dengan mengetahui arah sinar matahari dan panjang bayangan suatu objek, kita dapat mengestimasi ketinggian objek tersebut. Ini sangat berguna untuk mengukur tinggi bangunan atau gunung dari citra.
Stasiun Kereta Api:
Sebuah bangunan memanjang dapat dikenali sebagai stasiun kereta api ketika kita melihat adanya rel kereta api yang lebih dari satu jalur di sekitarnya.
Lapangan Sepak Bola:
Objek tersebut diidentifikasi sebagai lapangan sepak bola jika memiliki gawang di kedua sisinya.
Terminal Bus:
Sebuah kawasan dapat dikenali sebagai terminal bus jika terdapat lahan parkir yang di dalamnya dipenuhi dengan bus dan kendaraan angkutan umum.
Bandara
Keberadaan landasan, hanggar, dan area parkir pesawat di sekitarnya adalah asosiasi yang menunjukkan sebuah bandara.
Gedung Sekolah:
Selain bentuk bangunan yang khas (seperti huruf I, L, U), keberadaan lapangan tempat bermain atau berkumpul dan dekatnya lapangan olahraga menjadi asosiasi penting.
Rumah Sakit:
Bangunan yang relatif besar dan seringkali terdapat halaman parkir yang luas untuk kendaraan bermotor di sekitarnya, seringkali menjadi asosiasi dengan rumah sakit.
Jalan:
Keberadaan jembatan di tempat jalan menyilang lembah atau pohon peneduh di beberapa tempat adalah asosiasi yang membantu identifikasi jalan pada citra.