Interaksi antara manusia dengan lingkungannya mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan. Perkembangan tersebut terdiri atas:
1. Tahap Determinisme
Tahap Determinisme terjadi ketika kehidupan manusia masih tergantung dengan alam. Lingkungan alam mempengaruhi manusia karena tingkat kebudayaan manusia belum cukup untuk mengolah alam. Pada tahap Determinisme, manusia cenderung pasif dalam menghadapi tantangan alam. Tindakan terhadap alam hanya berupa reaksi menerima apa adanya. Pada tahap ini manusia tidak menentukan hidupnya sendiri. Ketergantungan terhadap alam tampak dari mata pencaharian, tingkah laku, kebiasaan serta kebudayaan manusia pada lingkungan tertentu. Beberapa pendukung paham determinisme adalah Charles Darwin, Ellsworth Huntington, dan Friederich Ratzel.
Berikut beberapa contoh paham determinisme di Indonesia:
1. Determinisme Lingkungan:
Ketergantungan pada Alam untuk Mata Pencaharian:
Masyarakat yang tinggal di pesisir pantai cenderung menjadi nelayan karena lingkungan laut menyediakan sumber daya ikan yang melimpah. Demikian pula, masyarakat di daerah pertanian bergantung pada kondisi tanah dan air untuk bercocok tanam.
Pengaruh Iklim terhadap Pakaian:
Kebiasaan berpakaian masyarakat Indonesia berbeda-beda tergantung iklim. Di daerah panas, masyarakat cenderung mengenakan pakaian tipis untuk mengurangi rasa gerah, sedangkan di daerah dingin, pakaian tebal digunakan untuk menghangatkan tubuh.
Bencana Alam sebagai Penentu Kehidupan:
Bencana alam seperti tsunami, banjir, atau kekeringan dapat mempengaruhi mata pencaharian, tempat tinggal, dan pola kehidupan masyarakat. Misalnya, tsunami Aceh pada tahun 2004 mengubah banyak aspek kehidupan masyarakat di wilayah tersebut.
Keterbatasan Sumber Daya Alam:
Keterbatasan sumber daya alam, seperti air bersih atau lahan pertanian, dapat mempengaruhi pola pemukiman, pertanian, dan mata pencaharian masyarakat di suatu wilayah.
2. Determinisme Sosial:
Ketergantungan pada Tradisi dan Adat:
Adat dan tradisi yang berlaku di suatu masyarakat dapat membatasi pilihan dan tindakan individu, terutama dalam hal pernikahan, pekerjaan, atau cara hidup.
Stratifikasi Sosial:
Sistem kelas sosial atau kasta yang berlaku di beberapa daerah dapat membatasi mobilitas sosial dan menentukan posisi seseorang dalam masyarakat.
3. Determinisme Historis:
Pengaruh Masa Lalu terhadap Masa Kini: Peristiwa sejarah dan pengalaman masa lalu suatu bangsa atau kelompok masyarakat dapat membentuk karakter, nilai-nilai, dan perilaku masyarakat pada masa kini.
2. Tahap Posibilisme
Tahap Posibilisme adalah tahap ketika alam dan manusia saling mempengaruhi. Pada tahap ini alam memberikan peluang kepada manusia untuk berkembang. Selanjutnya manusia mampu mengurangi ketergantungannya terhadap alam, tetapi masih membutuhkan alam. Paham Posibilisme menjelaskan bahwa peran manusia adalah mengubah dan mempengaruhi lingkungan alam menjadi sesuatu yang diinginkannya.
Dua ciri-ciri paham posibilisme adalah sebagai berikut:
a. Manusia mengubah atau mengadaptasi kondisi lingkungan alam sesuai dengan kebutuhannya
b. Manusia membudidayakan lingkungan alam untuk membantu dan mendukung kelangsungan hidupnya.
Beberapa pendukung paham posibilisme adalah Paul Vidal de La Blache
Berikut adalah 5 contoh posibilisme di Indonesia:
1. Sengkedan (terasering) di daerah pegunungan:
Untuk mengatasi kemiringan lahan dan mencegah erosi, masyarakat menciptakan sengkedan di daerah pegunungan seperti di Bali (sawah terasering) dan Sumatera Utara (persawahan di lereng gunung).
2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di daerah aliran sungai:
Pemanfaatan potensi air sungai untuk menghasilkan energi listrik, seperti PLTA Sigura-gura di Sumatera Utara dan PLTA Mrica di Jawa Tengah.
3. Sistem irigasi sawah:
Membangun saluran irigasi untuk mengaliri air ke lahan pertanian, memungkinkan pertanian di daerah yang kering atau memiliki pola curah hujan tidak teratur.
4. Perkebunan kelapa sawit di lahan gambut:
Meskipun lahan gambut memiliki tantangan tersendiri, melalui inovasi dan teknologi, perkebunan kelapa sawit dapat dikembangkan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, misalnya dengan pengelolaan air yang baik.
5. Pemukiman di daerah rawan banjir:
Meskipun rawan banjir, manusia membangun pemukiman dengan berbagai inovasi seperti rumah panggung atau sistem drainase yang baik untuk meminimalkan dampak banjir, contohnya di daerah pesisir utara Jawa.
3. Tahap Neo-Determinisme
Konsep neo determinisme adalah suatu pandangan dalam ilmu geografi yang mengakui adanya pengaruh lingkungan alam terhadap manusia, namun tetap memberikan penekanan pada peran manusia dalam menentukan nasibnya sendiri.
Neo determnisme dikemukaan oleh geografer Australia Griffith Taylor. Konsep ini merupakan jalan tengah dari konsep determinisme dan possibilisme.
Manusia dapat mengubah lingkungan melalui berbagai inovasi dan kegiatan atau dapat melakukan semua hal yang tidak mungkin terjadi secara alami di lingkungan. Jadi kita mengikuti aturan lingkungan agar bencana tidak terjadi karena kerakusan manusia.
Dalam konteks ini, neo determinisme mencoba untuk menyeimbangkan antara determinisme yang lebih tradisional yang menekankan pengaruh sepenuhnya dari lingkungan terhadap perkembangan manusia dan pendekatan yang lebih humanistik yang menekankan peran aktif manusia dalam membentuk lingkungan dan peradaban.
Contoh neo determinisme dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan dalam berbagai aspek, seperti:
Pertanian:
Neo determinisme dapat dilihat dalam bagaimana manusia memanfaatkan dan mengelola lingkungan alam untuk pertanian. Meskipun kondisi alam seperti iklim dan tanah membatasi jenis tanaman yang dapat tumbuh, manusia dapat menggunakan teknologi dan praktik pertanian yang cerdas untuk meningkatkan hasil tanaman dan memaksimalkan potensi lingkungan tersebut. Sekarang kita mengenal sistem akuakultur, hidroponik, vertical farming dan lainnya.
Pembangunan Kota:
Dalam pembangunan kota, manusia mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan seperti topografi, iklim, dan sumber daya alam dalam merencanakan dan mengembangkan infrastruktur perkotaan. Namun, keputusan manusia dalam penggunaan lahan, desain arsitektur, dan pengelolaan sumber daya tetap memainkan peran krusial dalam membentuk perkembangan kota. Misalnya untuk menjaga keserasian dan ekosistem kota, kini kota-kota modern mulai membangun gedung dengan konsep hutan di dinding dan atapnya seperti di Singapura.
Manajemen Sumber Daya Alam:
Dalam konteks pengelolaan sumber daya alam seperti hutan, air, dan energi, neo determinisme dapat terlihat melalui upaya manusia untuk menggabungkan pengetahuan ilmiah tentang ekologi dengan kebijakan yang berfokus pada keberlanjutan. Pengelolaan yang bijaksana dapat membantu manusia menjaga keseimbangan ekosistem dan memaksimalkan manfaat sumber daya alam.
Adaptasi terhadap Perubahan Iklim:
Dalam menghadapi perubahan iklim, neo determinisme menekankan bahwa meskipun manusia terpengaruh oleh perubahan iklim yang tak terhindarkan, mereka memiliki kemampuan untuk merancang strategi adaptasi dan mitigasi. Contohnya adalah pembangunan infrastruktur tahan bencana, penyesuaian pola tanam, dan inovasi teknologi yang dapat membantu manusia beradaptasi dengan perubahan iklim.
Dalam semua contoh di atas, meskipun kondisi lingkungan memberikan batasan atau menetapkan kerangka kerja, manusia memiliki peran aktif dalam mengelola, merancang, dan membentuk interaksi mereka dengan lingkungan alam.
Neo determinisme mengakui bahwa manusia dapat memanfaatkan pengetahuan, teknologi, dan kreativitas mereka untuk mengoptimalkan potensi lingkungan alam, sambil tetap mempertimbangkan dampak dari keputusan mereka terhadap ekosistem global.